BLITAR - Pemerintah Desa Karangsono Kecamatan Kanigoro dibawah kepemimpinan Tugas Naggolo Yudo Dili Prasetiono bekerjasama dengan Pemilik Omah Djadoel, Ida Suhardja beserta Pimpinan Pondok Pesantren Majma’al Bachroin Siddigiyah Jombang, menggelar Sarasehan Ngobrol Bareng di Gedung BUMDesa Karangsono pada Sabtu (02/10/2021).
Ngobrol bareng dilaksanakan dalam rangka pengembangan teknologi yang saat semakin pesat, dan upaya dari masyarakat lingkungan Jawa agar dapat melestarikan Budaya Jawa serta mendalami Ajaran Islam.
“Kita dari Desa Karangsono akan membuat Kampung Omah Pintar Mandarin dan Kampung Honocoroko, serta Hafidz Al Qur’an di Desa Karangsono dan Satu-satunya di Blitar. Tujuan Omah Pintar Mandarin ini nanti adalah menjemput bola dan jangan sampai kita ketinggalan dengan geliat perkembangan zaman untuk generasi penerus. Ini bukan kita tidak cinta dengan bahasa dan budaya kita sendiri, akan tetapi ini juga merupakan suatu upaya mempersiapkan generasi muda dalam peningkatan sumber daya manusia, khususnya warga karangsono, agar lebih cakap kedepanya, ” terang Bagas.
Dalam hal ini ke depan pihaknya juga berkaca kepada kampung Inggris yang ada di Pare yang juga menjadi icon di Kediri hingga terkenal sampai manca negara, terlebih lagi letak geografis Karangsono yang juga dekat dengan pusat kota Blitar dan Kabupaten Blitar, juga tidak jauh dari salah satu wisata yang saat ini lagi buming di Kabupaten Blitar yaitu Kampung Coklat.
“Sehingga harapan kami nanti adanya Kampung omah pintar Mandarin, Kampung Jawa dan Kampung tahfhidz Qur’an nantinya akan bisa mendongkrak ekonomi masyarakat Karangsono, mulai dari penginapan (homestay) yang bisa memfungsikan rumah-rumah warga, dan dari sisi kuliner juga. Selain itu nantinya juga dapat mendatangkan pemasukan desa dari sektor pariwisata, di lain hal dari sisi SDM kami juga akan semakin meningkat, dan kami berharap kedepanya dapat menjadi icon Blitar dan Indonesia bahkan di mancanegara, ” papar Kades Karangsono yang kontrovesial ini.
Di lokasi yang sama, Owner Omah Djadoel, Ida dari Blitar ini mengatakan bahwa sebagai bangsa negara berkembang harus mempersiapkan diri dalam menyambut perkembangan zaman. Sehingga perlu kiranya, terutama untuk para anak muda bangsa khususnya Blitar Raya dan masyarakat pada umumnya bisa menguasai berbagai bahasa agar tidak ketinggalan kereta menuju masa depan perkembangan zaman.
“Selain bahasa Indonesia bahasa persatuan kita, hendaknya kita juga harus bisa dan paham dengan bahasa Internasional, namun jangan lupa kita harus jeli dan jangan pungkiri atau pun tidak seiring dengan perkembangan zaman serta tekhnologi. Bahasa mandarin menjadi bahasa nasional terbesar kedua setelah bahasa Inggris. Maka dari itu kita jangan sampai termakan zaman dan hanya menjadi penonton maupun pengikut semata, sebagai contoh berbagai produk obat yang masuk di negara kita ini juga banyak dari mereka, dan kalau kita beli tapi tidak tahu apa yang tertera dalam obat tersebut gimana? masa hanya percaya omongan penjual nya saja, untuk itu perlu kiranya belajar bahasa bangsa lain, contohnya Mandarin. Agar kita juga semakin pintar dan tidak tertinggal dari bangsa lain, ” ujar Ida.
Selain itu, ungkap Ida, kita juga sebagai bangsa yang besar jangan sampai punah bahasa khas kita sendiri yaitu bahasa Jawa, oleh sebab ini sudah membahas konsep untuk belajar bahasa Mandarin, Jawa dan Tahfidz Qur’an di dalam satu area lingkup tempat belajar.
“Bukan satu ruangan ya dalam belajar tersebut, namun satu lingkup daerah, sehingga nantinya tercipta para anak bangsa yang cerdas berbagai bahasa, namun tidak lupa dengan khasanah leluhur juga menjadi sosok yang taat dengan agama mayoritas di Indonesia ini. Perlu diketahui ini bukan sekolah tapi belajar bareng dalam Kampung Omah Pintar Mandarin, dan Kampung Honocoroko juga Hafidz Qur’an yang di Blitar nanti. Bila di ridhoi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa akan hanya ada di Desa Karangsono, ” jelasnya.
Sementara itu, Drs Fatchur Rohman (Gus Fatchur) pemilik dari Ponpes Majma’al Bachroin Siddiggiyah yang beralamat di Desa Kuncung, Kecamatan Ngoro, Jombang atau sering disebut Jati Pitu, salah satu tokoh yang hadir dalam sarasehan tersebut mengatakan, memang sejak dulu ia punya keinginan bahwa di pondok pesantren tidak hanya belajar kitab kuning saja, akan tetapi para santri dan anak muda juga bisa menguasai berbagai bahasa. Dengan Bu Ida menawarkan program Omah Pintar Bahasa Mandarin ini, pihaknya juga menjemput program tersebut untuk menyongsong perkembangan dunia internasional.
“Hal ini juga sebagai bentuk langkah dan upaya kita menyambut tuntutan perkembangan teknologi, melalui pemahaman bahasa khususnya anak didik dan generasi kita nanti agar semakin paham dan mengetahui supaya tidak tergerus kemajuan zaman. Di Jombang Desa Banyuarang nanti akan kita sediakan lahan untuk pembelajaran bahasa Mandarin agar regenerasi anak-anak kita lebih pandai. Karena bahasa Mandarin melihat perkembangan zaman juga sangat dibutuhkan, terlebih lagi di lingkungan kita masih minim pengetahuan bahasa tersebut, padahal dilingkungan kita juga banyak orang-orang Cina, sehingga nantinya bisa memahami dan mengetahui sosial, politik maupun budaya seiring perkembangan zaman, ” tutur Gus Fatchur, yang juga sebagai Pimpinan PAPDESI Jawa Timur ini. (Advetorial)